Bicara Digital Marketing cakupannya memang sangat luas. Sederhananya, ada dua aspek yaitu teori dan praktik. Teori mengacu ke mobile measurement, yaitu yang berkaitan langsung dengan IT. Sementara praktik mengacu kepada penulisan. Nah, untuk menghasilkan tulisan yang unik dan menarik seorang Content Writer harus memahami dahulu Data-Driven Content.
JPI Class On The Moon pada Senin
(28/07) pukul 13.30 WIB kembali membuka kelas sharing yang diadakan di grup
whatsapp JPI. Kali ini JPI (Jaringan Penulis Indonesia) menghadirkan Gandis Octya Prihantanti sebagai mentor.
Gandis yang merupakan seorang Digital Marketer di salah satu agensi iklan ini menguak
dari sisi penulisan di Digital Marketing dengan mengusung tema “How to Create a Data-Driven Content?”.
Lantas apa sih pentingnya Data-Driven
Content untuk Profesi Content Writer?.
Alasan Gandis mengangkat tema
tersebut, sangat sederhana. Ia menyebut, untuk membuat sebuah konten diperlukan
data. Oleh karena itu, seorang penulis harus mengerti bagaimana konten itu
dibangun dengan jenis data yang ada, serta bagaimana cara mendapatkannya. Jadi,
materi tersebut bersifat fundamental atau mendasar.
Acuan Dasar Membuat Konten
“Dalam membangun sebuah konten,
acuan paling mendasar adalah formula PAS yang dicetuskan oleh Dan Kenedy. P =
Problem, A = Agitate, S = Solution. Jadi, temukanlah masalah yang ada, sehingga
membuat masyarakat gelisah. Kemudian, tawarkan solusi lewat produkmu,” papar
Gandis yang memiliki latar belakang pendidikan bahasa ini.
Lebih lanjut ia menuturkan,
alasan lainnya mengapa tema “Data-Driven Content” ini penting, karena ada
perbedaan antara Content Writer dan Copywriter. Ia menjelaskan, profesi Content Writer bertugas untuk menulis
informasi dalam bentuk artikel untuk mengedukasi atau menghibur. Tujuan utamanya,
untuk menginformasikan dan format tulisannya panjang. Biasanya menulis untuk
blog, surat, artikel, media sosial, dan email.
Dan yang tak kalah penting adalah melakukan penelitian topik sebelum menulis.
Sementara itu, Gandys
mengungkapkan tugas Copywriter adalah
untuk membantu menjual produk ke calon pembeli, tujuan utamanya persuasi.
Format penulisan pendek, menulis untuk iklan, slogan, landing page, dan promosi dan melakukan analisis terhadap kebutuhan
klien sebelum menulis.
“Perbedaan mencolok antara
keduanya adalah kontribusi jangka lama dan pendek. Lalu, berkaitan juga dengan
penulisan topik tertentu sesuai high
volume keyword,” jelasnya.
Lantas timbul pertanyaan, Apakah Content Writer bisa melakukan promosi
juga? Dengan lugas Gandis menjawab tentu bisa. Perempuan peraih gelar S2
Linguistik penerjemahan ini mengatakan, format kepenulisannya tetap, tetapi
dilakukan secara soft-selling dengan
bantuan link building strategy dan
CTA (Call to Action). Atau bisa juga dengan konten afiliasi dengan pihak
tertentu.
Cara Membuat Data-Driven Content
Namun, bagaimana cara membuat Data-Driven Content? Berikut Gandis
memaparkannya. Sebelumnya, pahami terlebih dahulu karakteristiknya:
- 1. Menjawab Pertanyaan
- 2. Mempunyai Analisis
- 3. Menyajikan Insightful Knowledge
Ketiga point di atas tersebut
penting, karena dapat membantu customer untuk
mengetahui informasi unik pada sebuah produk.
Membangun Data-Driven Content
Dalam membangun Data-Driven Content, Gandys menyebut ada
tiga aspek, yaitu:
- 1. Brand Element: Pahami produkmu, sehingga akan lebih mudah membuat support topic.
- 2. Newsworthly Element: Prominance, impact, timelines, proximity, unsual, human interest. Cukup pilih salah satu untuk menentukan value tulisan.
- 3. Data Credibility: Usahakan mencari sumber terpercaya yang memang telah dibuktikan melalui penelitian, sehingga tidak akan menimbulkan bias.
Kemudian, Gandis pun menjelaskan
tentang Scraper. Fungsinya untuk
mengekstrasi data dari kompetitor misalnya jumlah followers. Hal itu bisa dilakukan manual dengan tools atau melalui koding dengan bantuan
ahli. Kapan penggunannya? Sesuaikan dengan skala usaha besar atau kecil.
Mengembangkan Data-Driven Content
Gandis menyebut, setidaknya ada 5
langkah untuk mengembangkan Data-Driven
Content. Yaitu: Content Planning
menggunakan Social Listening Tools
atau biasa dikenal dengan SEO, Data
Collection, Crafting Stiry, Writing
or Visualizing, dan Reviewing.
“Nah, dari beberapa social listening tools yang ada, yang
paling menarik adalah Exploding Topics.
Karena topik yang ada di sini akan tren sepanjang masa. Lalu, Google Alerts. Kita bisa subscribe untuk mendapatkan tren
teranyar. Sehingga memudahkan dalam memilih topik yang akan ditulis,” terangnya.
Sebelum berlanjut ke sesi tanya
jawab dalam JPI Class On The Moon kali ini, Gandis menambahkan ada enam jenis
headline, headline utama (H1) yang kece.
H2 adalah sub judul, lalu H3 adalah meta deskripsi. Deskripsi singkat di bawah
situs ketika membuka Google. Adapun
jenis headline antara lain: curiosity headline, benefit headline, command
headline, asking headline, fear headline, dan selective headline.
Posting Komentar untuk "Pentingnya Data-Driven Content untuk Profesi Content Writer"